
BUMIKU KERING
Karya: Yoni Haris Setiawan
Sepanjang jalan telusuri rel
Di setiap stasiun alarm berbunyi nyaring
Menjadi penjamuan di sepanjang rel membentang
Pesawahan tanah meretak kering
Pepohonan daunnya berjatuhan tinggalkan ranting
Ladang-ladang tak lagi tumbuh sempurna mengeriting
Irigasi, saluran air dibentang pematang sawah
tak lagi menyaring air, kerontang
Bumiku kering…!!!
Mata air mengering
Hujan tak kunjung turun
Kalau sudah begini siapakah yang salah?
Tuhan-kah yang dipersalahkan?
Hutan dan lahan tandus
Kalau sudah begini siapakah yang tidak adil
Tuhan-kah yang tidak adil?
Tanah-tanah tidak lagi menghitam
Tanah-tanah tidak lagi kecoklatan
Tanah-tanah tidak lagi memerah
Tanah-tanah memutih terpanasi bara matahari
Hutan-hutan
Lahan-lahan
Terbakar hangus
Tapi mengapa itu terjadi setiap tahun dan
berkala di biarkan lepas?
Hutan-hutan
Lahan-lahan
Itu bukan kebakaran
Hutan-hutan
Lahan-lahan itu bukan terbakar
Hutan-hutan
Lahan-lahan
Itu setiap tahunnya secara berkala dan teratur
Dibakar…. dibakar…. di-ba-kar terencana
857.000 hektar hangus berasap tebal
Penangkapan tersangka yang membakar
Hanyak kelakar… ha… ha… ha… hanya kelakar
Ditangkap, lalu di masukan kedalam sangkar
Kemudian di lepas, karena sudah membayar
Bebas melakukan apa saja di luar
Ha… ha… ha…
Ya, melenggang bebas di luar…
Bersenang-senang di kapal pesiar
Bumiku kering…!!!
Hutan dan lahan di bakar berkabut asap
Titik-titik api kian melahap
Warga terserang ispa, mengap-mengap
Ada yang mengungsi ke balai desa untuk menginap
Ada yang menawarkan suaka dari negara tetangga
dengan penuh harap
Bumiku kering…!!!
Mata air mengering
Rerumputan mengeriting
Hewan-hewan enggan mendekat
Kerbau, sapi, kambing tidak lagi merumput
Burung kuntul, burung pipit, burung kutilang
Tidak lagi bebas berterbangan
Bebek-bebek yang di angon tidak lagi antri berenang
Petani-petani tidak lagi memanggul cangkul dengan riang
Leuit-leuit di pinggir rumah tidak lagi penuh pangan
Ini negeri tropis, negara agraris
Kenapa bisa kritis-krisis?
Bumiku kering…!!!
Mata air mengering
Air mata jatuh tak lagi bening
Rerumputan mengeriting
Pepohonan tinggal ranting
Apakah Tuhan tidak Maha Pemurah?
Apakah Tuhan marah?
Apakah Tuhan salah memberi arah?
Manusia memang selalu salah langkah
Manusia memang selalu salah kaprah
Manusialah yang serakah
Mengelola bumi selalu menumpahkan darah
Lintas Rel Jakarta-Cirebon-Yogyakarta,
28 Oktober 2019
Taksaka Ekspres Gerbong 3, Seat 12A
#Salam Literasi, Indonesia Berkarya!
#Jiwa Muda Semangat Berkarya!
Dok. Foto: Internet